Suara Rakyat-ID – Masjid di jogjakarta yaitu mesjid jogokariyan viral lewat video yang menampilkan proses buka bersama (bukber) gratis yang dikerjakan oleh petugas masjid jogokarian di jogja itu.
Terlihat banyak tumpukan piring tinggi yang tersusun rapi. Terlihat petugas saling bahu membahu menyalurkan piring-piring yg diisi lauk dan nasi dari dapur oleh ibu-ibu relawan. Menggunakan rantang besi, piring-piring coklat itu dikirim ke depan masjid dan lantai 2.
Tidak terlihat kerusuhan di depan masjid Jogokariyan itu saat piring-piring dibagikan. terlihat para pengunjung dengan sabar menerima uluran piring dari petugas. Penampakan ini memberikan respons satu suara di Instagram @masjidjogokariyan.
“Sederhana tapi pemerintah gabisa” kata pemilik akun @ferdyanptr. Komentar ini bahkan mendapat lebih dari 15.000 likes.
“Pemerintah harusnya belajar dari ini” tulis pemilik akun @berburukuliner.id, yang mendapat lebih dari 1000 likes.
Dari unggahan satu video ini saja, akun @masjidjogokariyan mendapat 205.000 likes dan lebih dari 4000 komentar
Sudah 21 kali digelar
Ramadhan Tahun ini, Kampung Ramadhan Jogokariyan (KRJ) digelar untuk yang ke-21 kalinya.
Kegiatan yang sudah berlangsung selama dua dekade ini menargetkan pembagian 3.500 takjil kepada masyarakat.
Selain itu, KRJ juga mengakomodasi ratusan pedagang UMKM di sekitar Jogokariyan untuk turut meramaikan acara.
Pada Senin (3/3/2025) sejak pukul 15.30, pengunjung sudah mulai memadati area tersebut, berburu takjil dengan berbagai menu yang telah disediakan.
Di area Masjid, terlihat para ibu-ibu berpakaian seragam ungu sibuk menyusun menu takjil dari wadah besar ke piring-piring nasi.
Menu yang disajikan meliputi telur asin, kerupuk, nasi, dan sambal krecek yang disusun rapi di atas piring-piring kosong.
Di mulut ruangan, petugas terlihat menunggu piring-piring yang sudah disusun, menggunakan alat pembawa piring yang dapat menampung lima piring sekaligus
Mereka kemudian membawa piring-piring tersebut untuk disusun di atas meja kosong di halaman Masjid Jogokariyan.
Wakil Ketua Panitia KRJ ke-21, Muhammad Akbar, menjelaskan bahwa KRJ tidak sebesar saat ini pada awal pembentukannya.
“Dulu mulainya tidak sebesar ini. Takjil awalnya tidak langsung 3.500 porsi, awalnya hanya 600 porsi,” ujarnya, Senin.
Ribuan takjil dipersiapkan
Perkembangan pembagian takjil dari ratusan hingga ribuan porsi ini tidak lepas dari konsistensi Masjid Jogokariyan dalam menyediakan takjil setiap tahun.
Selain itu, transparansi anggaran juga menjadi faktor pendukung.
“Setiap infak atau donasi yang masuk ke Masjid Jogokariyan akan kami laporkan di buletin Idul Fitri, termasuk laporan keuangan untuk takjil ini,” jelas Akbar.
Masjid Jogokariyan juga menggandeng ibu-ibu atau kelompok dasawisma sekitar masjid untuk berpartisipasi dalam memasak menu takjil.
Menu yang disajikan bervariasi dan ditentukan melalui diskusi para ibu-ibu tersebut.
“Kurang lebih 3.500, tapi mungkin bisa mencapai 4.000 jika ramai. Menunya sangat bervariasi, ada gulai rawon, dan informasi menunya diumumkan di Instagram Jogokariyan,” imbuhnya.
Akbar menambahkan bahwa biaya penyediaan takjil untuk satu hari tahun ini bisa mencapai Rp 55 juta hingga Rp 60 juta.
“Dana yang dikeluarkan tiap hari mencapai Rp 55 juta bahkan sampai Rp 60 juta,” jelasnya.
Pada tahun ini, terdapat perbedaan dibandingkan tahun lalu, terutama dari segi jumlah pedagang kaki lima yang berpartisipasi dalam KRJ.
“Tahun ini, pasar sore lebih banyak pedagangnya. Tahun lalu ada 350 pedagang, sekarang hampir 400,” kata Akbar.
Menyikapi masalah sampah, Akbar menyampaikan bahwa salah satu langkah antisipasi adalah dengan menggunakan piring keramik daripada wadah sekali pakai.
“Kami juga memiliki tim khusus untuk menangani sampah, yang bekerja setelah waktu Magrib,” pungkasnya..