Kupang, Suara-Rakyat.id Sebuah surat terbuka yang menggemparkan hati masyarakat beredar, yang ditulis oleh Pelda Christian Namo ayah almarhum Prada Lucky Namo, yang tewas karena diduga disiksa oleh oknum TNI
Almarhum ayah Prada Lucky Namo, melayangkan surat terbuka untuk Bapak Danrem 161/Wira Sakti.
“Tidak ada luka yang lebih dalam dari kehilangan anak yang dicintai, apalagi ketika keadilan untuk anaknya belum ditegakkan.”
Saya menulis surat ini bukan untuk mencari perhatian, tetapi untuk menyuarakan jeritan hati seorang ayah, ayah dari Almarhum Prada Lucky Namo, yang sampai hari ini masih menunggu keadilan untuk anaknya.
Saya ingin bertanya dengan penuh kesedihan dan ketulusan:
Mengapa baru sekarang Bapak Danrem memproses saya.
Masalah pribadi ini sudah terjadi sejak tahun 2018, dan saya sudah berulang kali menjalani BAP, tetapi tidak pernah ada kepastian hukum.
Seolah-olah kasus saya digantung begitu saja selama bertahun-tahun.
Apakah karena dalam masalah saya ini ada keterlibatan dua oknum TNI, berinisial RWH dan DK, maka semuanya menjadi tertutup..!
Kalau kasus ini benar-benar dibuka, tentu mereka harus diproses dan diberi sanksi tegas, bahkan bisa dipecat (PDTH).
Mulai dari tahun 2018 hingga 2025, saya merasa semua atasan saya, Dandim maupun Danrem, seharusnya ikut bertanggung jawab, atas pembiaran masalah saya ini.
“Kenapa sekarang, setelah anak saya, Prada Lucky Namo, meninggal dunia, yang diduga disiksa oleh oknum TNI, baru Bapak Danrem mau memproses masalah pribadi saya.
Ada apa sebenarnya, Bapak Danrem…!
Setelah kematian anak saya, saya sudah dua kali dipanggil menghadap Bapak.
Dari pertemuan itu dibuat surat perjanjian resmi di atas materai, yang menyatakan, “Selama kasus kematian Prada Lucky belum selesai, saya dan ibu dari almarhum tidak boleh berselisih atau bertengkar.”
Surat tersebut ditanda tangani oleh kami berdua dan para saksi serta diketahui oleh pihak yang berwenang.
Bapak Danrem yang saya hormati.
Tolong jangan lagi membuat hati kami, orang tua Prada Lucky Namo, semakin hancur.
Kami sudah kehilangan anak dengan cara yang sangat menyakitkan.
Kami tidak meminta harta, pangkat, atau jabatan, kami hanya minta keadilan.
Tolong bedakan antara urusan pribadi saya dengan perjuangan yang mencari keadilan untuk Prada Lucky Namo.
Anak saya bukan meninggal dalam bertugas, tapi diduga disiksa oleh oknum TNI.
Saya memang hanya seorang Pelda,
tapi saya juga manusia.
Saya juga seorang ayah.
Saya juga punya hati dan rasa sakit yang mendalam.
Hargailah nyawa anak saya.
Hargailah air mata orang tua yang kehilangan segalanya.
Untuk semua orang tua di luar sana,
Jangan pernah diam ketika anakmu diperlakukan tidak adil.
Keadilan mungkin lambat, tapi suara hati seorang ayah tidak akan pernah padam.
Saya akan terus berjuang demi nama baik dan nyawa anak saya, Almarhum Prada Lucky.. pungkasnya (Syahdan/Red)












