SERANG,Suara-Rakyat.ID- Warga Perumahan Puri Serang Hijau hari ini, Rabu (10/4/2024) menggelar Salat I’edulfitri 1 Syawal 1445 Hijriah di halaman Masjid Nurul Hasanah Cipocokjaya Kota Serang. Hal ini berlandas ketetapan pemerintah Republik Indonesia melalui Sidang Isbat yang dilaksanakan Kementerian Agama (Kemenag RI).
Turut mengumandangkan takbir, Ketua DKM sekaligus sebagai Imam Ustadz Ajimi H Baidawi, S. Kom dan Khatib Ibnu Marhas, MH. Tampak hadir pula para pengurus DKM, para ketua RW, ketua Rt beserta para pengurus lainnya serta warga setempat baik bapak-bapak, ibu-ibu beserta putra-putrinya yang memenuhi pelataran Masjid.
Pada tahun ini pelaksanaan Shalat I’ed di Masjid Nurul Hasanah dipadati lebih dari hampir 1000 jemaah atau fullhouse. Nampak jemaah duduk rapih berjajar memenuhi seluruh shaf shalat yang telah ditentukan baik di dalam Masjid, di pendopo dan di halaman luar yang telah diatur shaf-nya oleh pihak pengurus.
Tepat pukul 07.00 WIB, Shalat I’ed secara berjamaah dimulai, dipimpin Imam Rawatib Masjid Nurul Hasanah Ustadz Ajimi H Baidawi, S. Kom. Adapun yang bertindak sebagai Bilal ialah Ustadz Ahmad Suganda, MPd.
Khatib yang bertugas adalah Ustadz Ibnu Marhas, MH.Khutbah kali ini mengambi tema “Memaknai Hari Raya I’edul Fitri Sebagai Hari Kemenangan”.
Pada momentum I’edul Fitri ini, khotib mengajak kepada seluruh jamaah, marilah senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT sebagaimana tujuan kita berpuasa, yakni menjadi pribadi yang bertaqwa.
Hadirin, saat ini umat Islam merayakan Lebaran I’edul Fitri, yang mereka sebut-sebut sebagai “hari kemenangan”. Tapi kemenangan atas apa? I’edul Fitri tiba ketika umat Islam selesai menjalankan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh. Sepanjang bulan suci tersebut, kita menahan lapar dahaga, menahan syahwat dan hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam.
Ramadhan merupakan arena kita berlatih menahan diri dari segala macam godaan yang bisa membuat kita lupa diri.
Proses latihan tersebut diwujudkan dalam bentuk larangan terhadap hal-hal yang sebelumnya halal, seperti makan dan minum. Inilah proses penempaan diri. Targetnya: bila manusia menahan diri dari yang halal saja mampu, apalagi menahan diri dari yang haram. Puasa itu ibarat pekan ujian nasional bagi siswa sekolah. Selama seminggu itu para murid digembleng untuk belajar lebih serius, mengurangi jam bermain, dan menghindari hal-hal lain yang bisa mengganggu hasil ujian tersebut.
Ramadhan tentu lebih dari sekadar latihan. Ia wahana penempaan diri sekaligus saat-saat dilimpahkannya rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka (itqun minan nâr). Aktivitas ibadah sunnah diganjar senilai ibadah wajib, sementara ibadah wajib membuahkan pahala berlipat-lipat. Selayaknya siswa sekolah yang mendapatkan rapor selepas melewati masa-masa krusial ujian, demikian pula orang-orang yang berpuasa, umat Islam pun berhak mendapatkan hasilnya. Apa hasil itu? Jawabannya tak lain adalah predikat “takwa”, sebagaimana terdapat di al-Baqarah ayat 183:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Allahu Akbar, wa lillahilh hamd,
Jamaah shalat I’edul Fitri Rohimakumullah,
Takwa merupakan standar paling tinggi tingkat kemuliaan manusia. “Inna akramakum ‘indallâhi atqâkum”.
Dalam konteks puasa Ramadhan, tentu takwa tak bisa digapai dengan sebatas menahan lapar dan dahaga. Ada yang lebih substansial yang perlu ditahan, yakni tergantungnya manusia kepada hal-hal selain Allah, termasuk hawa nafsu. Orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh akan mencegah dirinya dari segala macam perbuatan tercela semacam mengumbar syahwat, berbohong, bergunjing, merendahkan orang lain, riya’, menyakiti pihak lain, dan lain sebagainya. Tanpa itu, puasa kita mungkin sah secara fiqih, tapi belum tentu berharga di mata Allah SWT. Benar Kata Nabi SAW:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ
Artinya: “Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya selain rasa lapar saja.” (HR Imam Ahmad)”, tukas Khatib dari sebagian khutbahnya yang diikuti secara husyu oleh para jemaah Shalat Ied. (H.M.M)
“