KOTA SERANG, Suara-Rakyat.ID- Dewan Kemakmuran Masjid ( DKM) Nurul Hasanah Perumahan Puri Serang Hijau, Kelurahan Banjarsari Kecamatan Cipocokjaya Kota Serang, melaksanakan Sholat I’ed pada Hari Raya I’edul Adha 10 Djulhijjah-1445H/17 Juni 2024 tahun ini, digelar didalam dan dipelataran Masjid “Nurul Hasanah” serta dipenuhi oleh para jamaah yang berasal dari warga sekitar.
Pelaksanaan Sholat I’ed kali ini yang bertindak sebagai Bilal adalah Fahmi Anhar, sebagai Imam H. Andi Kusnadi, S Pd. I dan yang bertindak sebagai Khatib, H. Uus M, Husaeni, Lc, MPd, I.
Dalam paparan Khutbahnya, H. Uus mengupas tentang Haji dan Qurban Merupakan Barometer Keimanan. Karena hal tersebut adalah saling berkaitan satu dengan yang lainnya yang tidak bisa lepas dari Hari Raya I’edul Adha.
Dalam mengawali khutbahnya H. Uus mengajak seluruh jamaah, wabil khusus kepada pribadinya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Iman adalah percaya kepada Allah dan takwa menjadi manifestasinya berupa kesiapan untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Jika iman dan takwa senantiasa ada dalam diri kita, maka kita akan senantiasa berada pada jalan kehidupan yang benar dan diridhai oleh Allah Swt.
Selain menguatkan iman dan takwa, menjadi sebuah keniscayaan bagi kita semua untuk senantiasa bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberikan nikmat yang tak bisa kita hitung satu persatu dalam kehidupan dunia ini. Di antara nikmat nyata dan agung yang kita rasakan saat ini adalah nikmat Iman, Islam, Kesehatan, dan Kesempatan. Dengan nikmat tersebut kita masih dipertemukan dengan Hari Raya Idul Adha 1445 H dan masih mampu menjalankan ibadah-ibadah yang ada di bulan Dzulhijjah yang mulia ini di antaranya shalat Idul Adha
فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
“Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan (wahai jin dan manusia)?” (QS Ar-Rahman: 13), terang H. Uus di depan para jamaah. Selanjutnya dia menjelaskan bahwa,
“Perlu kita ingat kembali, ada dua momentum ibadah yang tidak bisa lepas dari Hari Raya Idul Adha. Dua ibadah tersebut membutuhkan keikhlasan tingkat tinggi dan bisa menjadi salah satu barometer keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt. Kedua ibadah ini juga harus dilakukan di waktu khusus yakni hanya di bulan Dzulhijjah yang merupakan salah satu bulan mulia dalam agama Islam. Dibutuhkan tekad yang kuat, didukung kemampuan moril dan materiil memadai, jika kita ingin menjalankan ibadah penyempurna keislaman kita. Kedua ibadah tersebut juga bukan hanya memiliki dimensi vertikal kepada Allah Swt, namun juga memiliki dimensi horizontal atau sosial kepada sesama manusia. Ke dua ibadah tersebut adalah Kurban dan Haji.
Lalu, mengapa kurban dan haji mampu menjadi salah satu barometer atau tolok ukur keimanan kita? Ibadah kurban dan haji membutuhkan keyakinan, keikhlasan, dan kepercayaan secara totalitas. Bisa kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari, orang yang memiliki harta banyak namun tidak terpanggil hatinya untuk menjalankan perintah Allah dengan berkurban atau berhaji. Sementara banyak orang yang kurang mampu, namun memiliki keyakinan dan tekad kuat untuk menabung sedikit demi sedikit agar dapat berkurban dan berhaji. Jika tidak dilandasi dengan keimanan yang kuat, rasanya akan sulit untuk dapat melakukan perintah berkurban dan berhaji ini.
اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Terkait dengan perintah berkurban, Allah telah memerintahkannya dalam Al-Qur’an surat Al-Kautsar: Al-Kauṡar [108]:2
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ * فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ * اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ ࣖ
Sesungguhnya Kami telah memberimu nikmat yang banyak. Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah! Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).
Ayat ini tegas memerintahkan kita berkurban untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kita diperintahkan untuk menyisihkan harta yang kita miliki dan berbagai daging hewan kurban demi mendekatkan diri kepda Allah. Hal ini sesuai dengan makna kata kurban itu sendiri yang artinya dekat dalam artian mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan perintahNya.
Jika keimanan kita kuat, maka tidak akan ada rasa ragu sedikitpun untuk berkurban dengan hewan yang telah ditentukan oleh syariat Islam. Tentu keraguan bisa saja datang misalnya karena bayang-bayang uang kita akan berkurang untuk membeli hewan kurban. Padahal jika kita beriman secara total, kita yakin Allah akan mengganti dengan yang lebih banyak dan besar dari apa yang kita keluarkan.
Dalam hadits disebutkan:
مَا أَحْسَنَ عَبْدٌ الصَّدَقَةَ إِلَّا أَحْسَنَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ الْخِلَافَةَ عَلَى تِرْكَتِهِ
Tidaklah seorang hamba memperbaiki sedekahnya kecuali Allah memperbaiki pengganti atas harta tinggalannya.” (HR Ibnu al-Mubarak).
Terlebih orang yang mampu secara finansial haruslah tidak ragu-ragu untuk berkurban. Rasulullah pun mengingatkan orang yang mampu namun tidak mau berkurban dengan haditsnya:
مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلا يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
Artinya: “Barang siapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berqurban, maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami.
Berkurban merupakan wujud keimanan dan ketaatan dalam bentuk pengorbanan yang diberikan secara ikhlas sekaligus menjadi wujud kepekaan sosial dengan memberikan daging kurban kepada yang membutuhkan. Belum terlambat bagi jamaah yang ingin berkurban, karena ibadah Qurban bisa dilaksanakan mulai 10 Dzulhijjah sampai dengan 3 hari Tasyrik ke depan yakni 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Semoga kita bisa berkurban di tahun ini untuk menguatkan keimanan kita.
اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Seperti ibadah kurban yang menjadi barometer keimanan, ibadah haji pun demikian juga. Haji merupakan kepatuhan pada perintah Allah dengan harus menempuh perjalanan yang lama dan panjang. Keimanan kita diuji dengan harus mengeluarkan jutaan rupiah dari penghasilan kita, menunggu antrean panjang untuk berangkat, meninggalkan rumah dan keluarga yang kita cintai, meninggalkan pekerjaan yang menjadi sumber kehidupan kita, dan harus fokus hanya untuk beribadah kepada Allah.” itulah sebagian yang dipaparkan dalam khutbahnya.
Sementara pelaksanaan penyembelihan hewan qurban, dilaksanakan setelah Sholat I’ed selesai oleh segenap panitia serta dibantu oleh warga sekitar hingga selesai dan dagingnya dibagikan kepada yang berhak menerimanya.
atau mustahik, artinya adalah orang yang berhak. Sama halnya dengan zakat, kurban yang merupakan sebuah amalan ibadah tentu memiliki mustahiknya sendiri, yakni golongan penerima daging kurban. “Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya.
Adapun jumlah hewan qurban yang disembelih adalah berupa 25 ekor kambing dan 1 ekor sapi. ***(H.M.M)