oleh: Tim Investigasi Suara-rakyat.id
Video call sextortion (pemerasan seksual melalui panggilan video) adalah bentuk kekerasan seksual siber (KBGO) di mana pelaku mengancam korban untuk menyebarkan konten seksual atau intim pribadi yang diperoleh melalui panggilan video, demi mendapatkan keuntungan tertentu, sering kali berupa uang atau konten seksual tambahan.
Istilah “sextortion” sendiri merupakan gabungan dari kata sexual (seksual) dan extortion (pemerasan).
Cara Kerja Umum
Pelaku biasanya menggunakan taktik manipulatif untuk menjerat korban:
- Pendekatan Awal: Pelaku sering kali menyamar dengan identitas palsu di media sosial atau aplikasi kencan untuk membangun hubungan dan kepercayaan dengan korban.
- Panggilan Video: Setelah korban percaya, pelaku membujuk korban untuk melakukan panggilan video yang bersifat pribadi atau intim.
- Perekaman Diam-diam: Tanpa sepengetahuan atau persetujuan korban, pelaku merekam aktivitas dalam panggilan video tersebut, termasuk jika korban menunjukkan bagian tubuh pribadi.
- Ancaman dan Pemerasan: Pelaku kemudian menggunakan rekaman tersebut sebagai alat ancaman. Mereka menuntut uang tebusan (sextortion finansial) atau permintaan seksual lebih lanjut dengan ancaman akan menyebarkan video memalukan tersebut ke teman, keluarga, atau publik secara daring.
Investigasi kali ini berawal dari salah satu staff yang mendapat Chat di WhatsApp sekitar jam 04 pagi, karena sudah banyak korban khusus nya di indonesia, maka kami sepakat untuk melakukan Investigasi dengan mengikuti alur chat pelaku, dari perkenalan, transfer uang pertama, ikuti arah obrolan, buka camera video untuk tampilkan wajah pada saat VC (inilah master kunci dari pemerasan) untuk lebih lengkapnya kami uraikan prosesnya.
Saat Jerat Digital Menyasar
Tidak ada suara tembakan.
Tidak ada perampokan di jalanan.
Namun ada kejahatan yang perlahan menyelinap masuk ke rumah-rumah warga Indonesia,
melalui notifikasi WhatsApp yang tampak biasa—bahkan sepele.
Hanya satu pesan:
“Hi.”
Itulah pintu masuk sindikat sextortion, kejahatan digital yang memburu siapa saja tanpa pandang usia, pekerjaan, atau latar belakang.
Untuk memahami bagaimana mereka bekerja, tim investigasi Suara-Rakyat.id mengikuti alur pelaku secara sengaja.
1 — Percakapan yang Terlihat Biasa, Tapi Berbahaya
Investigasi dimulai pukul 04.14.
Sebuah nomor asing mengirim pesan:
“Hi.”
Foto profil seorang Wanita Cantik.
Tidak ada status.
Tidak memberi kesan ancaman sama sekali.
Setelah balasan sederhana dikirim, pelaku langsung masuk ke inti:
“Ka bisa bantu order VCS dong..”
“Buat beli susu anak”
Di sinilah jebakan terbuka. Memancing rasa penasaran dan rasa iba sekaligus.
Sindikat tidak lagi memakai kata-kata panjang, Mereka mengincar mereka yang penasaran, lemah, atau sedang sendirian.
Permintaan itu bukan ajakan, tapi tes pertama untuk melihat apakah target dapat dipancing.
2 — Proses Transaksi Awal Sebelum VIDEO CALL
Setelah basa basi chat dengan kata-kata manis dan pangilan sayang, beb, kamu mah…, akhirnya keluar chat:
“Untuk VCS nya Transfer dulu ya ka 50k 30menit, Klo 1 jam 100k…“
lalu kemudian kirim chat lagi
“Biar aman tambah 50k lagi ya sayang untuk privasi.”
Permintaannya dibuat kecil agar tidak menimbulkan curiga.
Dalam investigasi ini kami melakukan transfer sesuai yang dia minta ke rekening DANA untuk melihat:
- bagaimana pola mereka setelah ada uang masuk,
- apakah mereka semakin agresif,
- dan apa tujuan sesungguhnya.
Poin Penting: Transaksi awal bukan tujuan Itu hanya tes kepatuhan. Jika target mau transfer, pelaku yakin korban mudah dikendalikan, mereka mendapatkan bahan utama untuk ancaman. kata Privasi dari chat pelaku adalah kebalikannya.
Tips: Jangan melakukan transfer sekecil apapun yang dia minta, lalu blokir nomor tersebut.
3 — Video Call yang Menjadi Perangkap
Beberapa menit setelah transfer, pelaku mendesak:
“Ayo VC sekarang.”
Tanpa memberi ruang berpikir, pelaku mendorong panggilan video untuk dilakukan segera.
Dan begitu tersambung hanya hitungan detik, Pelaku langsung tidak senonoh, seolah sudah menyiapkan skenario sebelumnya.
Kemudian diputus karena kami tidak langsung membuka Kamera, ketika ditanya, dia kirim balasan.
“Mukanya mana sayang, aku gak enak sendirian gak bisa bayangin wajah kamu“
kemudian kami pancing dengan jawaban: “engga ah entar direkam…“, lalu dia balas:
“Engga dong sayang, kan udah bayar privasi tadi..”
Kami ikuti alur membuka kamera untuk mengetahui sampe akhir akan seperti apa.
Poin Penting: Ingat Kata Privasi adalah kebalikannya, berarti percakapan ini akan dia direkam dan ini akan menjadi kuncian utama untuk memeras korban.
Temuan:
– Video tidak sesonoh yang mereka tampilkan di VC kemungkinan besar bukan asli pelaku tetapi Camera yang merekam dari video lain, dengan ciri video tersebut di mute atau tanpa suara dan ada sedikit pantulan.
– Pada tahap ini pelaku merekam percakapan layar yang ada wajah dan video tidak senonoh itu.
4 — Ilusi Hotel: Pancingan untuk Menggiring Korban
Sekitar satu menit setelah VC,
pelaku mengirim pesan:
- “Check-in aja yuk dihotel…”
- “Ayo ketemu kak, aku lagi pengen…”
Walau terdengar liar, ini adalah trik lama:
memberi harapan palsu bahwa wanita tersebut nyata untuk membuat target tampil lebih jelas dan bertahan lebih lama di kamera, dan mengarahkan ke hotel terdekat, seakan-akan dia stay di hotel tersebut.
Pelaku akan melihat profil kita, karena kami menggunakan WA bisnis jadi ada info alamat kantor dan lain-lain, sehingga pelaku akan pura-pura bisa tracking:
- kota korban,
- lokasi rumah,
- lingkungan sekitar.
Poin Penting: “Hotel” hanyalah ilusi untuk memperdalam jebakan, Buat profile bisnis skalipun hanya kontak yang bisa lihat.
Pada Tahap ini kami stop untuk menanggapi, dan dimulailah drama pemerasan.
5 — Wajah Asli Pelaku: Ancaman Brutal
Sekitar jam 8 pagi pelaku kirim whatsApp kembali dengan menanyakan ulang:
“Ka hayu BO udah gak kuat nie…”
“Kaka cukup transfer aja ke resepsionis 250k, klo ke aku 100k aja“
kami tidak tanggapi wa tersebut, setelah beberapa menit kemudian pelaku kirim pesan lagi:
“Sayang aku minta tolong dong, transferin 100K buat bayar Kos, udah ditagih-tagih terus nie sama ibu kos“
lalu kami tanggapi dengan kirim emot tangan, dan serangan pelaku pun dimulai…
pelaku mengirim Video hasil rekam layar yang berisi wajah dan prilaku tidak senonoh serta isi chat (yang memang sengaja kami ikuti alurnya).
“Aku ada video ini Durasi panjang, kalo tidak transfer aku Upload ke semua media sosial tiktok web instagram, klo kamu maksa aku untuk telanjang begini…“
“Saya sebar ke keluarga kamu, temen kerja kamu, biar hidup kamu hancur…”
“Transfer sekarang atau saya upload.”
Ini adalah fase paling menakutkan bagi korban biasa. Namun karena ini investigasi, tim tidak merespons, dan di situ pola mereka terlihat jelas.
Tips: Jika sudah sampai tahap ini, jangan panik dan jangan pernah melalukan transfer, sekali transfer maka seterusnya anda akan menjadi ATM bagi pelaku, stop dan blokir nomor tersebut, screenshoot chat tersebut untuk bahan pelaporan kepihak berwajib.
6 — Ketika Tidak Panik, Pelaku Hilang Kendali
pelaku mengulang ancaman,
- ganti nomor,
- lebih agresif,
- lalu… mulai diam.
Beberapa jam kemudian: pelaku menyerah.
Tidak ada satu pun video disebarkan.
Tidak ada satu pun unggahan.
Tidak ada satu pun kiriman ke keluarga.
Sindikat tidak berani mengambil risiko besar, karena UU ITE menunggu mereka.
Mereka hanya ingin uang cepat.
Jika target tidak panik — mereka kehilangan kuasa.
7 — Temuan Investigasi
Berdasarkan seluruh skenario yang tim ikuti, hasil investigasi menyimpulkan:
1. Sindikat sextortion tidak berniat menyebar video.
Risikonya terlalu tinggi bagi mereka.
2. Mereka tidak tahu identitas korban.
Wajah tanpa nama tidak memiliki nilai.
3. Ancaman mereka hanyalah template yang sama untuk ratusan orang.
4. Alamat / email profil bisnis tidak dapat digunakan untuk menyerang.
5. Mereka menghilang ketika korban diam.
Karena waktu mereka berharga untuk mencari korban baru.
8 – Tips WhatsApp: Ubah Privasi Foto Profil ke “My Contacts”
Langkah-langkah di WhatsApp:
- Buka WhatsApp.
- Ketuk ikon tiga titik (menu) di pojok kanan atas.
- Pilih Settings / Setelan.
- Masuk ke Privacy / Privasi.
- Ketuk Profile Photo / Foto Profil.
- Ubah dari:
- Everyone (Semua orang) → ❌ terlalu berbahaya
- My Contacts (Kontak saya) → ✅ ini yang direkomendasikan
- Nobody (Tidak ada) → 🔒 opsi paling aman jika sedang waspada
Dengan pengaturan ini:
✔ Orang asing tidak bisa melihat foto profil anda
✔ Pelaku sextortion tidak bisa menilai siapa targetnya
✔ Data visual pribadi tidak muncul untuk publik
✔ Pelaku tidak bisa mencocokkan wajah dari VC dengan profil WhatsApp
Ini adalah pertahanan wajib untuk siapapun.
Penutup
Jika Anda menerima pesan seperti ini:
Jangan panik.
Jangan bayar.
Jangan balas.
Blokir.
Simpan bukti.
Jika pelaku benar – benar mengunggah video tersebut ke media sosial, jangan takut atau malu untuk melaporkan ke pihak berwajib.
Berikut salah satu kasus VCS yang ditangani polda metro jaya.
Sextortion bukan tentang teknologi, ini tentang memanfaatkan rasa malu manusia.
Dan ketika rasa malu itu tidak diberi makan… mereka tidak punya kekuatan apa pun.
Operasi investigasi ini membuktikan: Sindikat sextortion hanya menang ketika kita takut.
Ketika kita berani, tenang, dan tidak terpancing, mereka kehilangan taringnya.
Suara-Rakyat.id berkomitmen terus membuka tabir kejahatan digital seperti ini agar masyarakat tidak lagi menjadi mangsa.












