Meski memiliki konsep menarik dan potensi besar, kegagalan 10 startup ini menunjukkan bahwa inovasi saja tidak cukup. Faktor seperti validasi pasar, manajemen keuangan, eksekusi strategi, hingga respons terhadap krisis eksternal seperti pandemi, memainkan peran penting dalam kesuksesan sebuah startup.
Kisah-kisah ini tidak hanya mengingatkan kita pada risiko di dunia bisnis, tetapi juga membuka ruang diskusi tentang bagaimana industri startup dapat belajar dari kesalahan untuk menciptakan ekosistem yang lebih tangguh di masa depan.
Industri startup di Indonesia dikenal sebagai lahan subur untuk inovasi dan pertumbuhan ekonomi. Namun, tak sedikit yang harus menyerah di tengah jalan meski membawa konsep dan potensi besar. Dari platform edutech hingga marketplace properti, berikut adalah cerita 10 startup potensial Indonesia yang kini harus gulung tikar, lengkap dengan pembelajaran yang bisa diambil dari perjalanan mereka.
1. Zenius
Zenius, salah satu pelopor platform pendidikan online di Indonesia, mengumumkan penghentian operasional sementara pada awal 2024. Selain menyediakan layanan online, Zenius juga mengakuisisi jaringan bimbingan belajar Primagama. Namun, mereka terpaksa mengambil langkah ini karena tantangan operasional yang sulit diatasi. Dalam pernyataan resmi, Zenius menegaskan komitmen mereka untuk tetap memperjuangkan visi mencerdaskan Indonesia, meski kini harus berhenti sementara.
2. Rumah.com (PropertyGuru)
Platform marketplace properti Rumah.com, yang berada di bawah naungan PropertyGuru, resmi menghentikan operasinya pada November 2023. Penutupan ini memengaruhi 61 pegawai yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). CEO PropertyGuru, Hari V. Krishnan, menyatakan bahwa keputusan ini tidak mudah, namun langkah ini diambil untuk fokus pada strategi lain di pasar internasional.
3. JD.ID
E-commerce JD.ID menghentikan layanannya pada 31 Maret 2023. Langkah ini merupakan bagian dari strategi induk perusahaannya, JD.com, untuk berfokus pada logistik dan jaringan rantai pasok lintas negara. Meski pernah menjadi salah satu pemain besar di industri e-commerce Indonesia, keputusan ini menandai berakhirnya perjalanan JD.ID di pasar lokal.
4. Airy Rooms
Bisnis hotel agregator ini resmi tutup pada 31 Mei 2020, setelah terpukul oleh dampak pandemi COVID-19. Sebelumnya, Airy Rooms sempat menjadi solusi populer untuk perjalanan hemat, bekerja sama dengan berbagai properti kecil untuk menawarkan layanan penginapan. Namun, pandemi mengubah lanskap pasar secara drastis, membuat Airy Rooms tidak mampu bertahan.
5. Fabelio
Startup desain furnitur dan interior, Fabelio, dinyatakan pailit pada Oktober 2022. Sebelum itu, perusahaan sudah menghadapi berbagai masalah, termasuk penundaan pembayaran gaji karyawan sejak 2021 dan tudingan pelanggaran terhadap hak tenaga kerja. Padahal, Fabelio sempat menjadi salah satu pemain utama di sektor furnitur online dengan desain modern dan harga terjangkau.
6. Sorabel
E-commerce fesyen lokal, Sorabel, resmi tutup pada Juli 2020. Pandemi menjadi pukulan telak bagi startup ini, yang sebelumnya mencoba mengubah cara masyarakat Indonesia membeli pakaian. Meski telah berusaha melakukan berbagai strategi penyelamatan, Sorabel akhirnya harus menempuh jalur likuidasi karena kehabisan modal dan kesulitan mendapatkan pendanaan baru.
7. Donafun
Donafun adalah platform donasi sosial yang menawarkan hadiah berupa pengalaman kepada donatur. Meski sempat mencuri perhatian dengan model bisnis uniknya, Donafun harus tutup pada 2022. Platform ini juga sempat menjadi bagian dari program inkubasi Bank Indonesia dan menarik dukungan investor lokal. Namun, kurangnya fokus pada aspek pendapatan menjadi salah satu penyebab utama kegagalan mereka. Pendiri Donafun, Andrea Wiwandhana, kini aktif di bidang manajemen reputasi bersama CLAV Digital.
8. Qlapa
Marketplace yang memberdayakan perajin lokal ini harus menyerah pada 2019. Tidak mampu bersaing dengan e-commerce besar seperti Tokopedia dan Bukalapak, Qlapa menutup operasinya setelah hampir empat tahun berjalan. Meski memiliki misi yang mulia, tantangan dalam skala bisnis dan kompetisi ketat menjadi kendala utama mereka.
9. CoHive
Startup penyedia ruang kerja bersama (co-working space) ini dinyatakan pailit pada Januari 2023. Berdiri sejak 2015 sebagai EV Hive, CoHive sempat menjadi pilihan utama bagi banyak startup dan freelancer di Indonesia. Namun, pandemi dan perubahan pola kerja membuat permintaan terhadap ruang kerja bersama menurun drastis, mengakibatkan mereka tidak mampu melanjutkan operasional.
10. Beres.id (Kaodim)
Beres.id, anak usaha startup Malaysia Kaodim, menghentikan operasinya pada Juli 2022. Platform ini menghubungkan konsumen dengan penyedia jasa seperti servis AC dan kebersihan rumah. Penutupan ini juga berlaku untuk seluruh anak usaha Kaodim di Asia Tenggara. Meski memiliki potensi besar, pasar yang belum matang dan tantangan operasional menjadi kendala utama.
Artikel ini juga tayang di VRITIMES