Seba dilakukan setiap satu tahun sekali. Biasanya Seba diwakili oleh puluhan warga Baduy Dalam alias Urang Tangtu dari Kampung Cibeo, Cikeusik dan Cikartawana yang selalu berjalan kaki.
Seba adalah kunjungan resmi Lembaga Adat Baduy ke sejumlah tempat, utamanya ke petinggi di pemerintahan daerah. Seperti Bupati Lebak, Bupati Pandeglang, Bupati Serang dan ke Gubernur Banten.
Peserta Seba juga diikuti perwakilan warga Baduy Luar atau Urang Panamping. Demikian disampaikan pemerhati Baduy, Uday Suhada pada Kamis, 27 April 2023.
Uday Suhada menerangkan, awalnya untuk menuju Pendopo Lebak di Rangkasbitung maupun ke tempat tujuan lainnya, seluruh delegasi, baik Urang Tangtu maupun Urang Panamping akan menempuh perjalanan dengan berjalan kaki dari Kanekes.
Tetapi sejak kendaraan roda empat beroperasi di sekitar Kecamatan Leuwidamar, delegasi Urang Panamping diperbolehkan untuk menggunakannya. Sedangkan Urang Tangtu tidak boleh, alias harus selalu mengandalkan telapak kakinya.
“Mendengar kata Seba, banyak orang memaknai sebagai bentuk ketundukan masyarakat Baduy terhadap pemerintah. Padahal dari istilah katanya saja sudah jelas, Seba yang artinya silaturahmi atau kunjungan,” terang Uday Suhada.
Dia menerangkan, tempat acaranya biasa disebut Paseban. Mereka membawa hasil panennya berupa laksa, pisang dan hasil ladang atau huma lainnya sebagai ‘buah tangan’.
“Bagaimana mereka dikatakan tunduk, sedangkan salah satu tugas hidup mereka adalah “Ngasuh Ratu, Ngajayak Menak.” Mari kita kaji pula apa yang diucapkan oleh Tanggungan Jaro 12 yang menjadi pemimpin setiap upacara adat Seba saat menyampaikan pidatonya. Mereka datang dengan membawa pesan dan titipan,” jelas Uday Suhada.
Kata dia, setidaknya ada tiga pesan utama Puun atau Pucuk Pimpinan Masyarakat Adat Baduy yang disampaikan oleh Tanggungan Jaro 12, dalam upacara sakral bagi Komunitas Adat Baduy itu.
“Pertama, bagaimana kita harus mampu memanusiakan manusia dan memuliakan kehidupan. Kedua, tegakkan hukum dan keadilan. Ketiga, menyampaikan amanat ‘gunung ulah dilebur, lebak ulah diruksak'” urainya.
Intinya, itu merupakan seruan untuk menjaga keseimbangan hidup dengan alam semesta. Itu sebabnya mereka melakukan Seba ke Bupati Lebak, Bupati Pandeglang, Bupati Serang dan Gubernur Banten.