Lebak, Suara-Rakyat.ID – Sebagai orang yang bersentuhan dengan komunitas adat Baduy sejak tahun 1994, yang sangat menghormati adat istiadat yang hidup dan berkembang disana, sy tentu sangat prihatin sekaligus marah atas kelakuan sejumlah pihak content creator atau influencer medsos atau apapun namanya, yang makin kesini semakin mengeksploitasi perempuan muda Baduy.
Akibat kelakuan mereka lembaga adat Baduy murka dan melakukan rapat adat pada hari sabtu (29/6/2024). Saya diundang untuk menyikapi persoalan ini.
Dalam pandangan saya, ada beberapa hal kenapa hal ini terjadi. Pertama kemajuan teknologi yang merubah pola pikir, pola sikap dan pola perilaku generasi muda Baduy. Kedua, adanya sejumlah content creator yang mengeksploitasi kecantikan perempuan Baduy.
Ketiga, sikap lembaga adat sendiri, yang belum menerapkan hukum adat bagi para pelakunya. Baik terhadap warga Baduy sendiri, maupun terhadap pihak luar yang eksploitatif tersebut.
Jadi atas dasar hasil musyawarah para tokoh adat Baduy Dalam dan Baduy Luar, sebagai pendamping komunitas adat Baduy, saya mengultimatum siapapun dan dimanapun para content creator, stop membuat content yang mengekaploitasi kecantikan perempuan Baduy.
Kemudian, men-take down content yang sudah ditayangkan.
Kedepan sy juga diminta oleh lembaga adat untuk menyempurnakan Perdes Nomor 1 Tahun 2007 tentang Saba Budaya dan Perlindungan Masyarakat Adat Tatar Kanekes, yang mengatur kunjungan masyarakat luar ke Baduy.
Stop eksploitasi perempuan Baduy ! Sebelum lembaga adat mengambil tindakan tegas terhadap para pelanggar. Jangan jadikan mereka sebagai objek, jadikan mereka subyek, teladan, tuntunan bukan tontonan.
Sebab Baduy adalah sebuah peradaban yang harus kita jaga bersama. (Red)