P2G atau Perhimpunan Pendidikan dan Guru menganggap bahwa penerapan program makan siang gratis yang dijanjikan Prabowo-Gibran. Pasangan calon presiden dan juga wakil tersebut terlalu terburu-buru.
Feriyansyah selaku Kepala Bidang Litbang atau Penelitian dan Pengembangan P2G, mengatakan, seharusnya perlu adanya kejelasan dari TKN. Atau Tim Kampanye Nasional paslon 02 terkait bagaimana detail dari rencana kebijakan ini.
Sehingga informasi ke masyarakat tidak parsial seperti yang terjadi saat ini. Kini rencana program tersebut akan memakai dana BOS atau Bantuan Operasional Sekolah untuk merealisasikannya.
Tetapi pihak P2G menolak, “Bagi siswa ini merupakan kabar bagus sebab ada jaminan mereka memperoleh makanan di sekolahnya. Tetapi ini merupakan janji yang belum dinyatakan menang oleh KPU,” ucap Feri.
P2G Menolak Menggunakan Dana BOS untuk Makan Siang Gratis
Fery mengungkapkan, kini memang terdapat sejumlah negara yang menerapkan makan siang gratis. Namun juga tidak menutup kemungkinan, bahwa program tersebut dapat gagal, dirinya mencontohkan program tersebut pernah gagal di Amerika.
“Awal 2020, di AS program makan gratis tersebut tidak berhasil untuk dijalankan bukan disebakan covid. Namun sebab para siswanya tidak mengambil jatah makan siang gratis.”
“Program tersebut ternyata hanya untuk kaum miskin atau tidak mampu, itu membuat murid-murid sekolah tidak mau memakannya. Program tersebut akhirnya ditutup di beberapa sekolahan.” Ucap Fery berdasarkan data yang dimilikinya.
Dirinya mengatakan bahwa kebijakan tersebut harus dilakukan dengan hati-hati serta mempertimbangkan kondisi lapangan. Misalnya di Uni Eropa, penerapannya berbeda-beda. “Pastinya ini harus dapat kita hindari bila program nanti dijalankan.” Pesannya.
Seperti negara Belanda dan Denmark, kedua negara tersebut tidak menerapkan program makan siang gratis dan itu bukan masalah. “Beberapa negara yang menjalankan program tersebut, antara lain negara Estonia, Latvia.”
“Serta Finlandia, Swedia dan juga Lithuania. Tetapi masing-masing negara itu berbeda pendekatannya,” tambahnya. Fery mencontohkan negara Finlandia, yang menemukan di akhir pekan anak kecil kurang asupan gizi.
Sehingga tiap hari senin ada 20% tambahan dibanding hari lainnya. “Jadi terkait rencana program tersebut tidak dapat didiskusikan sembarangan, harus dikalkulasikan mulai dari teknis, skema distribusi dan sebagainya.” ungkap Fery.
Indonesia bisa mencontoh India, Fery juga menekankan bahwa di beberapa negara, sebetulnya konsep makan siang gratis untuk anak-anak sekolah. Merupakan sebuah kebijakan yang sudah lazim.
“Kita perlu memperhatikan beberapa negara yang telah menerapkannya serta menghindari permasalahan yang potensial dari kebijakan program tersebut di sekolah. Harus berhati-hati, jangan gegabah.” tambah Feri.
Feri mencontohkan program makan siang gratis yang ada di India, bisa menjadi contoh sukses. Seharusnya program tersebut tidak sebatas program jangka pendek, tetapi juga menjadi hak konstitusional yang melekat pada anak-anak usia sekolah.